Home / Pendidikan

Senin, 15 September 2025 - 10:17 WIB

Dosen Uniba Teliti Model Komunikasi Lingkungan untuk Ekowisata di Baduy Berbasis Kearifan Lokal

Foto bersama dengan warga Baduy, Lebak, Banten.

Foto bersama dengan warga Baduy, Lebak, Banten.

LEBAK, PUBLISIA.ID– Tim peneliti hibah dari Universitas Bina Bangsa (Uniba) menggelar Focus Group Discussion (FGD), Sabtu 13 September 2025.

Kegiatan ini didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemenristekdikti mengusung tema Perancangan Model Komunikasi Lingkungan untuk Pengembangan Ekowisata Kampung Baduy Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Lebak.

Kegiatan FGD berlangsung di kediaman Jaro Oom sebagai pemangku adat Baduy Luar, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari masyarakat Baduy, akademisi, pemerintah daerah, pegiat ekowisata, hingga tokoh masyarakat Baduy.

FGD ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian hibah yang bertujuan menyusun model komunikasi lingkungan yang tepat dalam mendukung pengembangan ekowisata di Kampung Baduy.

Model tersebut diharapkan mampu menjadi panduan dalam mengintegrasikan kearifan lokal masyarakat Baduy dengan strategi komunikasi modern yang berkelanjutan.

Ketua tim peneliti, Arfian Suryasuciramdhan, dalam sambutannya menegaskan bahwa kearifan lokal masyarakat Baduy memiliki nilai yang sangat tinggi dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan.

“Melalui penelitian ini, kami ingin menghadirkan sebuah model komunikasi yang tidak hanya mendukung promosi ekowisata, tetapi juga melestarikan nilai-nilai budaya dan tradisi Baduy,” ungkapnya.

Sambutan selanjutnya dari Sekretaris Desa Baduy Medi menegaskan pentingnya membangun model komunikasi lingkungan yang berakar pada kearifan lokal dalam pengembangan ekowisata Kampung Baduy.

Baca Juga  Ribuan Mahasiswa Uniba Bugarkan Indonesia di Pendopo Kabupaten Serang

“Kami orang Baduy hidup dengan alam. Segala aturan adat kami, seperti tidak menebang pohon sembarangan, menjaga hutan, dan menghormati tanah leluhur, adalah bentuk komunikasi kami dengan lingkungan. Itu harus jadi pedoman utama dalam ekowisata,” ujarnya.

Menurutnya, pengembangan ekowisata tidak boleh hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga harus memastikan keberlanjutan lingkungan dan keharmonisan budaya masyarakat adat.

Ia menekankan bahwa model komunikasi lingkungan perlu mengedepankan nilai ngajaga leuweung (menjaga hutan) dan ngahiji jeung alam (menyatu dengan alam).

Kepala Bidang Destinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak Usep Suparno turut mengapresiasi kegiatan ini.

“Ekowisata berbasis kearifan lokal perlu didukung dengan pendekatan komunikasi yang tepat agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian alam,” ungkapnya.

Kemudiam Erik Indra Kusuma sebagai Kepala Bidang Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Kabuapten Lebak, menegaskan bahwa Baduy berperan besar menopang kelestarian hutan dan lingkungan alam sekitar, khususnya di Kabupaten Lebak.

“Kampung Baduy adalah warisan budaya dan lingkungan yang harus dijaga. Dengan pendekatan komunikasi lingkungan yang tepat, Model komunikasi lingkungan yang di rancang harus mampu menyerap dan menghormati nilai-nilai budaya tersebut, sehingga ekowisata yang berkembang tidak merusak, melainkan memperkuat pelestarian budaya dan alam,” ujarnya.

Baca Juga  Prof FAY Sorot Banyak Siswa SMP Belum Bisa Membaca, Indonesia Emas Bisa Jadi Cemas

Ia juga menyebut penelitian ini merupakan langkah positif untuk mendukung kelestarian lingkungan berkelanjutan untuk masyarakat Baduy di masa depan.

Selanjutnya pemaparan dari Akademisi Cecep Abdul Hakim dari Universitas Bina Bangsa menyampaikan bahwa menjaga kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

“Kearifan lokal masyarakat Baduy yang konsisten menjaga hutan dan lingkungan harus menjadi fondasi utama dalam membangun konsep ekowisata berkelanjutan,” ujarnya.

Ia menjelaskan dari pendekatan teori Triple Bottom Line (TBL) mengintegrasikan aspek keberlanjutan seperti aspek lingkungan mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat serta wisatawan dalam menjaga kelestarian alam dan budaya Baduy.

Aspek sosial memperkuat kearifan lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelibatan aktif dalam pengelolaan ekowisata dan aspek ekonomi menghasilkan manfaat ekonomi yang adil dan berkelanjutan bagi komunitas Baduy tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional

FGD ini menghasilkan sejumlah rekomendasi, antara lain perlunya pelibatan aktif masyarakat Baduy dalam setiap proses pengembangan ekowisata, penggunaan media komunikasi yang ramah budaya, serta penguatan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam merumuskan model komunikasi lingkungan yang aplikatif dan mampu mendukung pengembangan ekowisata Kampung Baduy secara berkelanjutan, berbasis budaya, dan berdaya saing.(red)

Share :

Baca Juga

Pendidikan

Mahasiswa Teknik Sipil UNIBA Wakili Provinsi Banten Raih Juara 3 di Ajang Sasaka Innovate Bridge

Pendidikan

Hadiri Wisuda STIT Al-Khairiyah, Fajar Sampaikan Gelar Sarjana Bukan Pencapaian Akhir

Pendidikan

Kesulitan Cari Kerja, Ijazah Kevin Ditebus Pemprov Banten Lewat UPZ Baznas

Bisnis

Uniba-REI Banten Teken MoU Sinergikan Pendidikan dan Industri Properti

Pendidikan

154 Peserta Ikut Temu Wicara Pramuka di Uniba Perkuat Karakter dan Disiplin

Pendidikan

SMA SMK MA se-Banten Berlaga di Bina Bangsa Volley Competition 2025, Berebut yang Terbaik

Pendidikan

Jelang 2026, Berikut Resolusi FKIP Untirta yang Bikin Kalian Penasaran

Pemerintahan

Uniba Tawarkan Solusi Jitu Penanganan Kawasan Kumuh di Kota Serang