SERANG, PUBLISIA.ID-Sebanyak 65 pramuwisata dari berbagai kabupaten atau kota di Provinsi Banten mengikuti kegiatan Sertifikasi Kompetensi Pemandu Wisata yang digelar Dinas Pariwisata Provinsi Banten.
Kegiatan berlangsung selama dua hari, 17–18 November 2025, di Hotel Ultima Ratu, Kota Serang.
Pelaksanaan sertifikasi ini dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Eli Susiyanti, dan dihadiri asesor dari LSP Pariwisata Nusantara, Hairani Tarigan.
Ketua Pelaksana Sertifikasi sekaligus Kepala Seksi SDM Dinas Pariwisata Banten, Rohaendi, menyampaikan bahwa sertifikasi kompetensi menjadi kebutuhan penting bagi pramuwisata.
Pasalnya, masih banyak pemandu wisata di Banten yang belum memiliki sertifikat resmi yang diakui Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
“Pelaksanaan sertifikasi ini merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme SDM pariwisata. Kami berharap seluruh peserta dapat lulus karena yang hadir merupakan para pengurus HPI di kabupaten/kota,” ujarnya.
Rohaendi menambahkan bahwa kegiatan digelar dengan sinergi antara Dinas Pariwisata Banten, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Banten, dan lembaga sertifikasi profesi berlisensi BNSP.
Menurutnya, banyak kebutuhan teknis di lapangan yang lebih tepat disampaikan oleh asosiasi, sehingga usulan pelatihan rutin lebih banyak berasal dari HPI dibandingkan kabupaten/kota.
“Ini yang kadang-kadang prioritasnya kita cari dulu nih, apakah yang usulan Kabupaten atau Kota atau dari asosiasi. Setelah dibaca tahun-tahun saya di Dinas Pariwisata dari 2012, yang paling menohok di lapangan itu ya dari asosiasi, karena mereka membidangi itu,” imbuhnya.
Sementara itu, Kadis Pariwisata Provinsi Banten, Eli Susiyanti, dalam sambutannya menekankan pentingnya memberikan standar dan pengakuan resmi bagi para pramuwisata.
Sertifikat kompetensi menjadi bukti bahwa seorang pemandu layak dan profesional dalam menjalankan tugasnya.
“Ketika wisatawan merasa nyaman sejak pintu gerbang, mereka akan ingin datang lagi. Peran pramuwisata sangat besar dalam menghadirkan pengalaman itu. Maka Bapak Ibu harus memiliki standar kompetensi yang jelas,” kata Eli.
Ia juga menyoroti perlunya kemampuan berbahasa asing di kalangan pramuwisata Banten, mengingat banyak wisatawan mancanegara yang datang ke daerah tersebut.
Eli menegaskan bahwa pelatihan bahasa akan menjadi salah satu program prioritas Dispar Banten ke depan.
“Bahasa asing itu penentu keberhasilan pariwisata. Jika masih banyak yang belum memiliki kemampuan itu, berarti masih ada PR bagi kami. Kami berharap pelatihan bahasa bisa difasilitasi di tahun 2026 atau 2027,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Eli juga menyinggung peran pariwisata dalam menjaga alam dan budaya, khususnya di kawasan adat Baduy. Ia menegaskan bahwa pariwisata bukan perusak budaya, melainkan media pelestarian jika dikelola dengan bijak.
Kegiatan sertifikasi ini ditargetkan menghasilkan minimal 65 pramuwisata tersertifikasi yang siap bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pemerintah berharap kehadiran SDM pariwisata yang profesional mampu mendorong kemajuan pariwisata Banten dan meningkatkan kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi daerah. (adv)
