Home / Khazanah

Jumat, 17 Oktober 2025 - 16:17 WIB

Gaya Hidup Anak-Anak Gen Z yang Gemar Nongkrong di Kafe

SERANG, PUBLISIA.ID – Fenomena nongkrong di kafe kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup anak-anak muda, khususnya generasi Z — generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Di berbagai kota besar maupun daerah berkembang di Indonesia, keberadaan kafe menjamur dengan berbagai konsep unik: mulai dari coffee shop bergaya minimalis, kafe estetik untuk berswafoto, hingga tempat nongkrong yang memadukan musik, seni, dan suasana santai. Nongkrong di kafe bagi Gen Z bukan sekadar aktivitas melepas penat, tetapi telah menjadi simbol identitas sosial, gaya hidup, bahkan bagian dari produktivitas.

Fenomena ini menarik untuk dikaji karena memperlihatkan perubahan cara pandang anak muda terhadap ruang publik dan gaya hidup modern. Apa yang dahulu dianggap sebagai kemewahan atau aktivitas eksklusif kini menjadi kegiatan sehari-hari yang dekat dengan dunia digital, media sosial, dan budaya visual.

Sejarah Awal Munculnya Tren Nongkrong di Kafe

Sebelum menjamurnya kafe modern seperti sekarang, budaya nongkrong di tempat minum sebenarnya bukan hal baru. Di Eropa abad ke-17, coffee house sudah menjadi tempat diskusi politik, ekonomi, dan intelektual. Sementara di Indonesia, budaya serupa telah hadir dalam bentuk yang lebih sederhana, seperti warung kopi atau kedai kopi tradisional. Di masa lalu, para bapak-bapak sering berkumpul di warung untuk berbincang tentang kehidupan sehari-hari, politik, dan berita kampung sambil menikmati secangkir kopi tubruk.

Memasuki awal tahun 2000-an, Indonesia mulai mengenal konsep kafe modern yang terinspirasi dari budaya Barat, terutama setelah masuknya jaringan besar seperti Starbucks. Kafe kemudian menjadi tempat berkumpulnya kalangan menengah ke atas, pekerja muda, dan mahasiswa. Namun, pergeseran besar terjadi setelah tahun 2010, seiring dengan meningkatnya penggunaan internet dan media sosial.

Generasi Z, yang tumbuh di era digital dan terhubung dengan dunia maya sejak kecil, membawa tren nongkrong di kafe ke level yang berbeda. Mereka tidak hanya datang untuk menikmati kopi, tetapi juga untuk berfoto, membuat konten, belajar, bekerja, bahkan mencari inspirasi kreatif. Kafe bukan lagi sekadar tempat makan dan minum, melainkan ruang sosial modern di mana identitas dan eksistensi dibangun.

Baca Juga  Mathlaul Anwar Apresiasi Pidato Presiden Prabowo di PBB, Tegaskan Dukungan Indonesia untuk Palestina

Faktor Penyebab Gen Z Gemar Nongkrong di Kafe

  1. Perkembangan Media Sosial dan Budaya Visual

Salah satu pendorong utama tren ini adalah media sosial. Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi platform utama bagi Gen Z untuk mengekspresikan diri. Kafe yang memiliki desain menarik, pencahayaan estetik, dan suasana nyaman menjadi lokasi ideal untuk content creation. Aktivitas sederhana seperti memotret kopi atau latar interior bisa menjadi bagian dari gaya hidup digital yang menunjukkan “siapa mereka”.

Nongkrong di kafe tidak lagi dipandang sekadar sebagai hiburan, melainkan sebagai lifestyle branding. Dengan mengunggah foto di kafe tertentu, seseorang seolah menunjukkan gaya hidup modern, aktif, dan selaras dengan tren global.

  1. Kebutuhan Akan Ruang Sosial Alternatif

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang lebih banyak berkumpul di rumah teman atau di lapangan, Gen Z hidup di era urbanisasi dan digitalisasi yang tinggi. Banyak dari mereka tinggal di lingkungan yang terbatas ruang sosialnya, seperti apartemen atau perumahan padat. Kafe menjadi solusi — tempat di mana mereka bisa bertemu teman, berdiskusi, mengerjakan tugas, atau sekadar healing dari rutinitas.

Kafe juga menawarkan suasana yang lebih aman dan nyaman dibandingkan tempat nongkrong jalanan atau ruang publik terbuka. Adanya Wi-Fi gratis, pendingin ruangan, dan pelayanan yang ramah membuat kafe menjadi ruang sosial yang ideal bagi anak muda masa kini.

  1. Perubahan Gaya Hidup Produktif dan Fleksibel

Gen Z dikenal sebagai generasi yang mengedepankan work-life balance dan produktivitas fleksibel. Banyak dari mereka yang bekerja secara daring, menjadi freelancer, content creator, atau mahasiswa yang terbiasa belajar di luar rumah. Kafe pun berubah fungsi menjadi co-working space informal.

Fenomena ini juga dipicu oleh munculnya budaya remote working pasca pandemi COVID-19. Banyak anak muda terbiasa bekerja dari mana saja, dan kafe menjadi pilihan utama karena menawarkan kenyamanan sekaligus suasana yang mendukung konsentrasi.

  1. Konsumsi sebagai Bentuk Identitas Sosial

Dalam masyarakat modern, pilihan konsumsi sering kali merefleksikan identitas seseorang. Bagi Gen Z, nongkrong di kafe dengan merek tertentu atau suasana estetik tertentu menciptakan citra diri yang ingin mereka tampilkan. Kafe menjadi simbol status sosial yang tidak melulu harus mahal, melainkan “relevan” dengan tren.

Baca Juga  Lulu Putri Mascantika Terpilih sebagai Koordinator Forpis Provinsi Banten

Bagi sebagian anak muda, mengenal berbagai jenis kopi — seperti latte, cold brew, atau manual brew — menjadi bagian dari percakapan sehari-hari yang memperlihatkan wawasan dan selera. Fenomena ini memperkuat bagaimana budaya nongkrong di kafe menjadi ajang pembentukan citra sosial di kalangan anak muda.

Dampak Sosial dan Budaya dari Fenomena Ini

Fenomena nongkrong di kafe membawa dampak luas bagi masyarakat dan ekonomi. Di satu sisi, munculnya ribuan kafe baru di berbagai daerah membuka lapangan kerja bagi barista, pelaku UMKM, dan pebisnis muda. Industri kopi lokal pun ikut berkembang, dengan banyak kafe yang mengangkat biji kopi asli Indonesia seperti Gayo, Toraja, dan Flores.

Namun, di sisi lain, gaya hidup ini juga menimbulkan sisi konsumtif yang perlu diwaspadai. Kecenderungan untuk selalu mengikuti tren kafe baru dapat menimbulkan tekanan sosial — seolah nongkrong di tempat tertentu adalah keharusan agar tetap dianggap “gaul” atau up to date. Beberapa pengamat sosial juga mengkritisi fenomena ini sebagai bentuk “kapitalisasi ruang sosial”, di mana interaksi antarindividu semakin bergantung pada aktivitas konsumsi.

Penutup

Gaya hidup anak-anak Gen Z yang gemar nongkrong di kafe merupakan hasil dari pertemuan antara perkembangan teknologi digital, perubahan sosial, serta kebutuhan akan ruang interaksi yang nyaman dan representatif. Kafe kini tidak lagi sekadar tempat menikmati kopi, melainkan juga arena ekspresi diri, produktivitas, dan pembentukan identitas sosial.

Fenomena ini menandakan bagaimana masyarakat modern bergerak menuju era di mana ruang-ruang sosial berbasis konsumsi menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Namun, penting bagi generasi muda untuk tetap bijak — menjadikan kafe bukan hanya tempat pamer gaya hidup, tetapi juga ruang untuk bertukar ide, berkreasi, dan membangun koneksi yang bermakna. (*)

Share :

Baca Juga

Khazanah

Hadiri Seren Taun Guru Cucuk Kasepuhan Cisungsang 2025, Gubernur Banten Terkesima

Khazanah

Kapolda, Gubernur dan Tokoh Agama Banten Kunjungi Baduy

Daerah

Semarak Seren Taun Kasepuhan Cisungsang 2025 Diwarnai Aneka Lomba dan Istigotsah

Khazanah

Pakar Komunikasi Pembangunan Kumpul di FISIP Untirta Bahas soal Kemiskinan

Khazanah

Seren Taun Kasepuhan Cisungsang 2025 Berlangsung Khidmat

Khazanah

Lulu Putri Mascantika Terpilih sebagai Koordinator Forpis Provinsi Banten

Khazanah

Luar Biasa, Sabtu dan Minggu Bupati Serang Ratu Zakiyah Tetap Bekerja

Khazanah

Yuli Saputra: Menjadikan Penelitian sebagai Hobi dalam Membangun Pertanian Serang