SERANG, PUBLISIA.ID-Rangkaian kegiatan Seren Taun Kasepuhan Cisungsang pada Rabu, 24 September 2025, dimulai sejak pagi pukul 09.00 WIB.
Suasana meriah sudah terasa di Panggung Utama dengan berlanjutnya Festival Objek Pemajuan Kebudayaan, yakni Lomba Jaipong. Tidak jauh dari lokasi tersebut, tepatnya di depan panggung, digelar Lomba Permainan Tradisional yang diikuti para siswa tingkat SMP dan SD sederajat.
Permainan tradisional yang diperlombakan hari ini terdiri dari Gobag Sodor, Bebentengan, dan Jajangkungan.
Gobag Sodor merupakan permainan kelompok yang mengandalkan strategi, kecepatan, dan kerja sama, di mana setiap tim berusaha menghadang lawan agar tidak bisa melewati garis pertahanan.
Bebentengan adalah permainan adu kecepatan dan kecerdikan dua tim yang saling berusaha menyentuh benteng lawan tanpa terkena sentuhan pemain lawan.
Sementara itu, Jajangkungan atau egrang adalah permainan tradisional yang menggunakan sepasang tongkat panjang—biasanya terbuat dari bambu—dengan pijakan kaki di bagian bawah.
Pemain berdiri di atas pijakan tersebut lalu berjalan dengan keseimbangan dan kekuatan kaki. Tujuan permainan ini adalah melatih kelincahan, keseimbangan, dan keberanian, karena pemain harus menjaga agar tidak jatuh saat melangkah dengan tinggi yang tidak biasa.
Memasuki siang hari, tepat pukul 12.30 WIB, diumumkan para pemenang sekaligus pembagian hadiah bagi juara lomba.
Meski begitu, beberapa cabang permainan tradisional masih terus berlangsung hingga sore hari, mengundang tawa dan sorak penonton yang antusias menyaksikan jalannya pertandingan.
Tidak hanya itu, suasana semarak juga terasa di Lapangan Kasepuhan. Di sana berlangsung Lomba Voli Putri yang sudah memasuki babak semifinal.
Pertandingan berlangsung sengit dengan dukungan meriah dari para penonton. Adapun final voli putri akan dilaksanakan pada esok hari, bersamaan dengan laga final voli putra.
Menjelang malam, tepat pukul 19.30 WIB, masyarakat kembali berkumpul untuk mengikuti acara Istighosah.
Menurut Kang Nochi, Sekretaris Lembaga Adat Kasepuhan Cisungsang, istighosah ini merupakan prosesi doa bersama dan wujud rasa syukur atas keberkahan panen yang diberikan oleh Allah SWT.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Camat dan Ketua MUI Kecamatan Cibeber, serta diikuti dengan khidmat oleh masyarakat adat Kasepuhan Cisungsang.
Bagi warga, istighosah bukan sekadar doa, tetapi juga sarana mempererat kebersamaan dan mengokohkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Rangkaian kegiatan hari itu ditutup dengan Ritual Adat Bubuka Pantun Tradisional di Imah Gede pada pukul 22.00 WIB.
Kang Nochi menjelaskan, Bubuka Pantun Tradisional merupakan salah satu ritual sakral dalam rangkaian prosesi adat Seren Taun. Pantun yang dibacakan bukan sekadar ungkapan hiburan, tetapi berisi nasihat, doa, serta pesan-pesan moral yang diwariskan turun-temurun oleh leluhur.
Melalui pantun, masyarakat diingatkan kembali pada nilai-nilai adat, pentingnya menjaga alam, serta rasa syukur atas segala hasil bumi yang telah diperoleh.
Dengan demikian, hari keempat rangkaian Seren Taun Kasepuhan Cisungsang berlangsung meriah sekaligus penuh makna.
Perpaduan antara seni, permainan tradisional, olahraga, doa bersama, hingga ritual adat menjadi gambaran nyata bagaimana tradisi terus hidup berdampingan dengan semangat kebersamaan masyarakat. (red)